oleh Aryo Sulkhan
Masa kejayaan Gelar Tinju Profesional Indosiar (GTPI) memang
telah usai. Acara rutin satu minggu sekali ini, yang bahkan pada masa jayanya
sempat ditayangkan secara langsung dua kali dalam satu minggu, terbukti mampu
melahirkan nama-nama besar di kancah tinju profesional nasional. Kali ini, saya
akan mengulas tentang salah seorang petinju yang dibesarkan oleh GTPI dibawah
bendera kepromotoran Daniel Bahari Promotions. Petinju tersebut adalah
Ferdinand, dia adalah salah satu petinju "jebolan" GTPI yang cukup
ternama pada masanya.
Sosok Ferdinand mungkin sudah mulai sedikit terlupakan bagi
para penggemar tinju profesional di Indonesia. Padahal Ferdinand adalah seorang
mantan Juara Nasional kelas Ringan KTI. Kala itu pemuda berdarah campuran
Belanda dan Arab yang lahir di Semarang tanggal 19 Juli 1978 ini merupakan Raja
KO. Hampir semua lawan-lawannya di tuntaskan dengan KO baik di awal maupun di
akhir pertandingan. Sebut saja nama petinju nasional pada masa itu seperti
Pieter Karpau dan Damianus Rahael (Keduanya telah meninggal beberapa tahun yang
lalu), pernah merasakan betapa kerasnya pukulan petinju asuhan H.Sutan Rambing
di Sasana Bank Buana Semarang tersebut. Termasuk beberapa petinju dari negara
tetangga ikut-ikutan tersungkur KO setelah menerima bogem mentah dari petinju
bergaya boxer-fighter tersebut. Gaya bertinjunya cukup unik, pada dasarnya dia
adalah petinju bergaya boxer, namun hampir selalu mengajak lawan untuk
melakukan barter pukulan layaknya petinju bergaya fighter.
Ferdinand pertama kali merebut Juara Nasional di kelas
Ringan KTI dari tangan Teddy Widal dengan kemenangan TKO di ronde ke 11.
Berlanjut dengan kemenangan-kemenangan spektakuler di tingkat nasional dan
regional lainnya hingga sempat menjadi penantang di Kejuaraan PABA dan OPBF
kelas Ringan meskipun harus mengakui ketangguhan lawan yang lebih baik darinya.
Ferdinand pernah mendapatkan lawan yang cukup keras saat melawan Dennis
Laurente asal Filipina. Pertarungan mereka berdua seperti pertarungan antara
Morales-Barrera yang penuh dengan atraksi jual beli pukulan dan sempat
diselenggarakan di dua negara berbeda. Ferdinand memenangi duelnya yang pertama
di Indonesia, namun dia mengalami kekalahan angka pada duel keduanya di
Filipina. Dia pernah bercerita bahwa publik Filipina sangat puas dengan
penampilannya saat itu, meskipun mengalami kekalahan namun Ferdinand memberikan
perlawanan yang sangat keras pula.
Nama petinju muda yang murah senyum namun tahan pukul tersebut
mulai melambung seiring prestasinya yang semakin gemilang. Namun sayang,
Ferdinand yang semakin terkenal dan memiliki pundi-pundi uang yang lebih dari
cukup bagi pemuda seusianya membuatnya kehilangan kontrol diri. Keglamouran
kehidupan malam dan pertarungan jalanan sangat lekat dengan dirinya kala itu.
Karir bertinjunya pun lambat laun mulai merosot hingga akhirnya setelah
mengalami kekalahan beruntun, Ferdinand memutuskan untuk gantung sarung tinju.
Beberapa kali Ferdinand juga berurusan dengan pihak kepolisian, bahkan sempat
ditahan dengan masa penahanan yang cukup lama. Ferdinand mengatakan bahwa uang
hasil bertinjunya habis tak tersisa karena terlal
u banyak dikeluarkan untuk menyelesaikan kasus-kasus perkelahian yang saat itu selalu menghinggapinya.
Adik kandung Ferdinand yang juga mantan petinju nasional
kelas Welter.Jr, Jimmy Falentino, mengatakan bahwa abangnya adalah seorang yang
pemberani dan keras, namun sebenarnya dia memiliki jiwa solidaritas yang sangat
tinggi terhadap kawan. Hampir semua perkelahian yang terjadi hanyalah kesalah
pahaman karena membela kawan-kawan, keluarga, dan pekerjaanya. Terakhir kasus
perkelahian yang terjadi ketika Ferdinand mempertahankan pekerjaan yang sudah
dijalaninya dari pesaing lain, kasus tersebut cukup santer di pemberitaan
karena Ferdinand berkelahi dan dikeroyok sekitar 40 preman bersenjata tajam di
lokasi tempat tinggalnya. Namun karena kelihaiannya bertarung dia hanya terluka
yang bisa dikatakan tidak terlalu parah. Malah beberapa dari penyerangnya mengalami
luka yang cukup berat.
Namun kini, Ferdinand sudah menjadi seorang yang religius
dan tertata dalam kehidupannya. Ferdinand sekarang menjadi wirausahawan yang
cukup berkembang di bidang perkayuan. Usaha yang dia rintis sekitar 5 atau 7
tahun yang lalu lambat laun mulai menampakkan hasil. Dia juga menjalankan
beberapa usaha lain yang juga cukup menghasilkan. Ferdinand sekarang sudah
tidak pernah lagi terlibat kasus-kasus perkelahian ataupun sebagainya.
Ferdinand mengatakan bahwa sekarang sudah tidak jamannya lagi berkutat di dunia
yang keras, sekarang dia hanya ingin dikenal sebagai seorang wirausahawan dan
seorang mantan juara nasional saja. Tentang lika-liku perjalanan kisah kelam
hidupnya, dia hanya ingin menjadikannya sebagai sejarah yang tidak ingin dia
ulang kembali. Dia juga mengatakan dengan senang hati menerima apabila ada
teman-teman member boxing-indonesia.com ataupun para penggemar tinju yang ingin
mengajaknya bekerjasama dalam bisnis apapun. Ada sebuah pepatah, lebih baik menjadi mantan penjahat daripada mantan ustadz. Mungkin itu berlaku buat Ferdinand, mantan "the Bad Boy" yang sudah insyaf menjadi seorang "Good Boy" sekarang. Semoga semakin sukses, Ferdinand..
Translate this article using Babelfish Yahoo Translator
9 comments:
Inspiring story...
Dapat menjadi contoh bagi Jamed, frans dkk, bahwa tidak selamanya tinju menjadi jalan untuk periuk nasi kalau karir sudah mentok dan membahayakan kesehatan.
Inspiring story...
Dapat menjadi contoh bagi Jamed, frans dkk, bahwa tidak selamanya tinju menjadi jalan untuk periuk nasi kalau karir sudah mentok dan membahayakan kesehatan.
SAYA INGAT DNGN FERDINAN. MASA KEEMASANYA SEKITAR THN 1998 SAMPAI THN 2005-AN. DIA PETINJU HEBAT YANG TERJUN KE PROFESIONAL TANPA MEMULAI DARI TINJU AMATIR. SMOGA BISNIS BUNG FERDINAN SKRNG JADI MAKIN BERKEMBANG.
Salam sejahtera bung ferdinand, saya ingat pertarungan keras anda lawan dennis laurente, bahkan kekalahan laurente yang pertama di dapat dari anda, sungguh membanggakan mengingat dennis laurente sekarang bercokol di peringkat dunia wbc...sayang sekali karir tinju anda sangat singkat, padahal anda memiliki semua modal untuk jadi top markotop, pukulan maut, tahan pukul, wajah ganteng, ... Sayang seribu sayang
Sayang sekali ferdinand dulu tidak dibawah asuhan pelatih yang top spt sutan rambing sehingga jadi ugal2an. Pukulannya memang keras , daya tahannya juga kuat tapi pertahanannya jelek sekali.
Buat bro yang diatas...
Ferdinan itu anak asuh sutan rambing
baru tau ternyata nihiro arakawa yang bermain fantastis minggu kemarin lawan figueroa...ternyata pernah baku hantam lawan jamed jalarante, pantes aja hebat
apa kabar bung Ferdinan, senag mendengar kabar anda skr sdh sukses, dulu saya muejuluki anda Oscar De La Hoya From Indonesia, wajah ganteng pukulan keras, tahan pukul mental juara, berani jual beli pukulan,, pokoknya siiip dah
sebenarnya Ferdinan dan CJ punya prospek yg sama bagus pd waktu itu, tp sayang Ferdinan tidak disiplin seperti CJ,
sukses terus buat Ferdinan
buat Bung Jeff, terimakasih ulasannya, ferdinan salah satu petinju pav saya, next di tunggu ulasan petinju yg lain seperti Nico toriri, anis roga, virgo warrouw dll
Bukan saya bung Alfa. Terimakasihlah kepada bung Aryo Sulkhan, SH. Dia yang melakukan wawancara langsung dgn Ferdinan. Bung ASSH siap wawancara dgn petinju2 lawas semarang spt sonny rambing dll
ferdinan ini hebat dia sarjana hukum
Post a Comment