Visit this website:

Gadget Unik - Jual Beli Aman

Wednesday, June 5, 2013

Oleh Oleh dari Dili, Timor Leste

Sebelumnya saya mohon maaf karena cukup lama tidak update blog ini karena kesibukan saya di kantor, serta persiapan untuk presentasi pekerjaan kantor saya di Timor Leste.

Saya berkesempatan mengunjungi Timor Leste untuk pertama kalinya, sejak merdeka dari Indonesia. Ternyata penduduk Timor Leste sudah lepas dari ganjalan politik terhadap Indonesia yang mereka rasakan sebelum merdeka. Bahasa Indonesia bisa dimngerti oleh semua lapisan masyarakat di Timor Leste, baik di kalangan bawah, menengah, atas, bahkan sampai kalangan pemerintah. Produk-produk Indonesia juga diterima dengan baik di sana. Produk-produk Indonesia seperti Mie Sedap, Indomie, Aqua, Ades, Aquase, dll. sangat banyak ditemukan di Dili, berdampingan dengan produk-produk manca negara. Soal harga, jangan ditanya. Mahal. Bahkan paling tidak dua perusahaan besar Indonesia sudah menancapkan kuku di Timor Leste. Di bidang telekomunikasi, ada Telkomsel. Di bidang konstruksi, jembatan bikinan Wika (Wijaya Karya) barusan diresmikan (Mei 2013). Ada juga Bank Mandiri yang membuka cabang di Dili. Di bidang semen, Semen Tonasa adalah produk semen yang sangat terkenal di Timor Leste. Dan masih banyak lagi.

Selain beberapa tempat bersejarah seperti Pemakaman Santa Cruz, reruntuhan bekas Keuskupan Diose Dili yang dibakar massa saat chaos 1999, masih teronggok di samping hotel yang saya tinggali, saya tak lupa mampir di dua buah sasana tinju, yang kebetulan juga tidak jauh dari hotel tempat saya tinggal.

Pertama yang saya kunjungi adalah Sasana tinju Amatir Benfica di bawah naungan pemerintah Timor Leste. Saya bertemu beberapa petinju yang akan terjun dalam Sea Gamez Myanmar tahun ini. Saya sempat bercakap-cakap dengan dua petinju potensial mereka: Elio Jenovera (kelas welter) dan Emilia Barros Freitas (Wanita, kelas layang yunior). Mereka mengutarakan sangat antusias menghadapi Sea Games mendatang, dan berharap bisa lolos dalam kualifikasi di antara petinju pelatnas Timor Leste. Sayang, saya tidak bertemu dengan pelatih mereka, Rogerio Amaral dan Victor Ramos yang pernah membela atas nama Indonesia dalam beberapa kesempatan, karena saya harus memburu waktu ke Sasana Thomas Americo sebelum mereka usai latihan sore itu.

Saat tiba di Sasana Thomas Americo di bilangan Vilaverde dengan menggunakan taksi, latihan memang sudah usai. Namun saya beruntung masih bertemu beberapa dari mereka seperti Elvis Oliveira, Ambrozio Fernandez (pelatih), Joel Maria Pereira (anak angkat mendiang Thomas Americo, sekaligus sekjen Asosiasi Tinju Pro Timor Leste), Thomas Americo Jr. yang sangat mirip dengan sang ayah, Yaya Americo (anak perempuandari Thomas Americo), serta istri dari Thomas Americo.

Perkenalan kami berkembang menjadi percakapan yang hangat, termasuk saya bercerita bahwa generasi muda di Timor Leste, juga di Indonesia, sudah banyak yang tidak kenal Thomas Americo, padahal dia adalah legenda di dua negara. Termasuk supir taksi yang saya tumpangi, sekitar usia 20 tahunan, dia sama sekali belum pernah mendengar nama Thomas Americo.

Bagi yang belum tahu, Thomas Americo adalah petinju Indonesia (sekarang Timor Leste) pertama yang menantang juara dunia. Waktu itu Americo kalah angka dari juara bertahan kelas welter WBA, Saoul Mamby. Americo bertanding taktis di paruh pertama, sebelum akhirnya Mamby menguasai keadaan, memanfaatkan lelahnya Americo yang bersikeras tak mau duduk sepanjang 15 ronde pertandingan. Pada waktu itu, 29 Agustus 1981, kami sekeluarga menonton  tayangan hitam putih oleh TVRI. Sayang, saya pernah mengontak TVRI untuk mencari rekaman video bersejarah penuh nostalgia itu, rekaman satu-satunya musnah terbakar dalam kebakaran di TVRI tahun 1990'an. Sayang pula, rekaman utuh Americo vs Mamby yang dimiliki keluarga Americo juga ikut musnah terbakar dalam kerusuhan Dili 1999, termasuk dokumen penting lain seperti foto-foto dan rekor. Juga pahlawan Timor Leste, Thomas Americo, ikut gugur dalam kerusuhan politik itu.

Begitulah sekelumit cerita mengenai perjalanan ke Dili kemarin. Saya sajikan beberapa foto selama di Kota Dili.














Translate this article using Babelfish Yahoo Translator

4 comments:

Jeffrey Pamungkas said...

artikel lama Thomas Americo:


http://www.tinju.4t.com/americo.html

johnalvin said...

americo JR bagus ya om ?

JP said...

saya tiba sudah terlalu sore, karena sebelumnya ke sasana amatir dulu. Mereka sudah selesai latihan. Kata pelatihnya sih bagus, tapi belum bertanding, disuruh selesaikan sekolah dulu.

Tempo said...

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/14/118410473/Jasad-Thomas-Americo-Diduga-di-Kuburan-Massal

Boxing Indonesia: Who's Next. Boxing is Tinju in Indonesian.