
Dalam perkembangan tinju profesional 5 tahun terakhir ini frekuensi pertandingan mengalami penurunan yang sangat drastis sekali, hanya pada even skala internasional dan nasional saja para pihak penyelenggara mau mengadakan pertandingan tersebut. Kondisi tersebut diperberat lagi dengan pemisahan badan tinju nasional seperti KTI, ATI dan KTPI
Entah apa yang salah dengan tinju profesional Indonesia. Cuma nama saja menyandang embel-embel professional . namun, banyak langkah yang belum mengacu pada kata profesional itu sendiri.
Entah apa yang salah dengan tinju profesional Indonesia. Cuma nama saja menyandang embel-embel professional . namun, banyak langkah yang belum mengacu pada kata profesional itu sendiri.
Mudah saja menemui perilaku jauh dari professional mulai dari masalah kepelatihan, persipan atlit, hingga soal bayaran yang menjadi hak petinju. Rasanya sulit diterima akal sehat ketika masih ada yang menerima bayaran dibawah Rp 1 juta untuk sebuah pertandingan non gelar, padahal risiko kematian akibat cedera kepala tidak pernak sirna.
Sejujurnya dunia tinju Indonesia merupakan sebuah paradoks, sebab jika mengacu pada usia Komisi Tinju Indonesia ( sebagai organisasi tinju professional tertua ) yang sudah 37 tahun, negeri ini tidak banyak melahirkan juara dunia. Kalaupun sekarang ada tinggal Chris John yang masih menyandang sabuk juara kelas Bulu 57,1 Kg versi WBA. Sedangkan M. Rachman harus kehilangan gelar juara kelas terbang mini 47,6 Kg versi IBF bahkan perjalanan Rachman sebagai juara dunia sulit diterima nalar karena penuh dengan liku-liku bahkan membuat mantan petinju sasana Akas Probolinggo, Jawa Timur, ini sempat patah semangat akibat pertarungannya terpaksa dilelang.
Mereka (para petinju) juga harus menghidupi keluarganya, jangan heran bila menemui mereka sudah beralih menjadi penjaga malam dikawasan Mangga Besar, Jakarta barat, debt collector, hingga tukang parkir. Entah sampai kapan mereka harus meniti kehidupan yang keras ini dengan langkah seperti itu, hal ini disebabkan karna frekuensi pertandingan 5 tahun terakhir sangat sedikit sekali dan bayaran yang minim.
Di tahun 2008 pada saat ini besar harap saya kepada para promotor yang ada di Indonesia dapat mencetak jurara-juara dunia yang baru melalui pembibitan petinju karena pembibitan untuk para petinju itu sangat penting sekali, juga bisa menjadikan para petinju Profesional menjadi Entertainer yang baik dengan menyuguhkan kwalitas pertandingan yang baik, selain siap bertanding para petinju mempunyai penampilan dengan ciri khas sendiri dan terakhir yang paling penting adalah memberikan mereka bayaran yang layak untuk para petinju profesional.
Erick Irawan (foto kiri, bersama Juan Manuel Marquez) , adalah seorang penata tanding asal Jakarta.
4 comments:
bener2 kasian nasib petinju di Indonesia, apa pemerintah ngak bisa turun tangan membantu mensejahterakan para atlet??
Bukan hanya pemerintah, namun jika para sponsor bersedia berinvestasi dalam tinju, saya kira olahraga tinju bisa makin marak, dan buntutnya kesejahteraan petinju bisa terdongkrak. Penonton juga gitu, jangan hanya berharap pada pertandingan gratis.
kalau di sini, dua-duanya parah. Penonton maunya gratis, sponsorpun minim.
Iya betul.. Tp dukungan dr pemerintah juga sangat perlu, contohnya sekarang atlet paling berprestasi di Indonesia kan dari cabang olahraga Tinju. Tapi kok malah Sepak Bola & Bulu tangkis yang lebih di utamakan.. Seharunya pemerintah juga lebih turut campur seperti misalnya Chris John mau tanding yah tu Senayan dikasih gratis biasr promotor pada banyak yang mau..
Kalo dari sponsor Gw bingung deh kenapa cuman Kuku Bima yang pake Chris John, kenapa Nike ato produk olahrag lain gak make Dia?? Di Philipin Nike sponsorin Pacquiao, kalo Nike sponsorin Chris John & jual merchandisenya pasti laku...
-M-
Kayanya PSSI dan PBSI memang jadi anak emas pemerintah. Disini Pertina saja tidak dapat dukungan memadai, apalagi KTI/ATI dll.
Saya setuju dengan bung "M" paling tidak sewa stadion istora bisa dikasih keringanan, bukan gratis deh.
Yah tak tahu kenapa sponsor CJ minim banget. Kuku Bima saja bisa dibilang sangat generous mensponsorin dia.
Post a Comment