Visit this website:

Gadget Unik - Jual Beli Aman

Monday, July 9, 2012

Manos de Piedra is Back!

Petinju yang memiliki julukan dalam bahasa Biak, Skuk Arui, atau The Hands of Stone atau bisa juga dalam bahasa Spanyol, Manos de Piedra, Frans Yarangga, kini tengah mempersiapkan diri pada tahap akhir untuk bertarung pada Kejuaraan Asia Pacific di Thailand. Berat badan Yarangga juga sudah sesuai dengan kelas yang ditentukan yaitu kelas Bulu,Jr 55,3 kg. Yarangga sendiri sebenarnya adalah petinju kelas Bulu,Jr meskipun dia pernah menjadi Juara Nasional KTI di kelas Ringan 61,2 kg. Sebuah prestasi yang cukup mengagumkan menjadi juara nasional 3 kelas diatas kelas yang seharusnya.

Yarangga sendiri terakhir bertanding dalam tinju profesional adalah melawan Jason Pagara di Filipina yang berakhir dengan kekalahan TKO di ronde kedua karena benturan kepala yang menyebabkan pendarahan di pelipis Yarangga. Selain itu perbedaan kelas yang cukup signifikan antara Yarangga dan Pagara membuat petinju kelahiran Biak Papua tersebut jatuh bangun dalam setiap rondenya. Sedangkan di arena tarung bebas MMA (Mixed Martial Arts), Yarangga baru saja bertarung sekitar satu bulan yang lalu pada acara "Battle at the Arena" yang digelar di Lokasi Wisata Kampung Gajah, Bandung, melawan fighter MMA tuan rumah.

Sasana Sindoro Satriamas Semarang kali ini mengirimkan dua petinjunya. Selain Frans Yarangga, petinju kelas Terbang,Jr milik sasana tersebut yaitu Kid Suryana juga akan bertarung dalam partai tambahan sepanjang 6 ronde. Kid Suryana beberapa waktu yang lalu juga sempat bertanding di Thailand dan sanggup merepotkan sang juara kelas Terbang Pigmy Kokietgym. Pada pertarungan tersebut Kid Suryana mengalami kekalahan angka mutlak dalam pertarungan yang juga dilaksanakan sepanjang 6 ronde.

Persiapan kedua petinju asuhan pelatih Budi Wizon kali ini sangat baik. Mereka bertekad untuk bisa merebut gelar di negara asal sang juara. Frans Yarangga menyatakan akan tampil maksimal dengan mengandalkan pukulan-pukulan kerasnya, sedangkan Kid Suryana juga menyatakan akan terus merangsek lawan hingga frustasi, dengan bermodalkan tekad yang kuat segala sesuatu yang mustahil bisa saja terjadi.


Foro: Frans Yarangga (kiri) dan Kid "Kicuya" Suryana.


Translate this article using Babelfish Yahoo Translator

12 comments:

Anonymous said...

waduh... ini miris bacanya:

"Selain itu perbedaan kelas yang cukup signifikan antara Yarangga dan Pagara membuat petinju kelahiran Biak Papua tersebut jatuh bangun dalam setiap rondenya."

Anonymous said...

kalo saya miris baca yg ini :
"dengan bermodalkan tekad yang kuat segala sesuatu yang mustahil bisa saja terjadi."

Kok ada kata2 mustahilnya? Apakah lawan diatas kertas terlalu kuat sehingga sepertinya mustahil untuk merebut gelar??

Wahh, gawattttt :-D

lamont said...

sebenermya saya paham bagaimana om Aryo mau memberikan kesempatan tanding bagi para petinjunya agar bisa menjamin kehidupan. cuma mungkin cenderung terlihat mengarah ke arah perlakuan petinju seperti sabung ayam. siap ga siap harus tanding, berat ga cukup dipaksa naik timbangan dengan sepatu.

terlepas dari itu saya salut kalau memang fy bisa balik ke kelas aslinya, dan menurut saya sudah cocok berada di bulu jr dengan tinggi bada yang 166 cm (kalau benar segitu).
dengan lawan yang lebih kecil pukulan batu fy pasti lebih berdampak besar walaupun berat tidak sekeras pukulan fy sewaktu di bulu, dll.
btw kasian juga fy, abis berkelahi di pembunuhan legal yang disebut olahraga keras itu.

JP said...

"Sebuah prestasi yang cukup mengagumkan menjadi juara nasional 3 kelas diatas kelas yang seharusnya."

Apa yang mengagumkan, kalau hasilnya ini?

"Selain itu perbedaan kelas yang cukup signifikan antara Yarangga dan Pagara membuat petinju kelahiran Biak Papua tersebut jatuh bangun dalam setiap rondenya. "

Hehehehe. Peace.

Aryo Sulkhan said...

Hahahahaha.. Ya gini ya,teman2.. Bagi sy ptnju pro itu adlh mesin pertarungan, pekerjaan mereka ya bertarung, dimanapun, kapanpun, melawan siapapun, dari bertarung itu pula mereka mendapatkan penghasilan. Karena apa? Tinju itu karir yg pendek, apalagi dgn fisik orang Indonesia yg tdk sebaik orang LN, jd apabila ptnju terlalu jarang bertarung, karir mereka malah akan mandeg, entah krn pertambahan usia atau malah bosan berlatih krn jarang bertanding sehingga sang ptnju tdk mendapatkan penghasilan. Jadi, di sasana sy, mereka hrs siap setiap harinya, misal besok pagi ada tawaran bertandingpun mereka sdh ready to fight. Memang semua menginginkan menang dlm setiap pertarungan, namun tau sendiri bahwa bertarung di LN menangpun tetap akan dikalahkan kecuali sanggup memukul KO, memukul KO lawan itulah yg sy anggap mustahil, krn dari segi apapun mau tdk mau sy hrs mengakui bahwa lawan yg akan dihadapi oleh ptnju sy tsb memang jauh lebih baik.

Ngomong2, pertandingan Frans Yarangga & Kid Suryana ini batal, jd harap tdk usah diperpanjang lg komentar2nya. Heheheheheheh.

Anonymous said...

Bagi sy ptnju pro itu adlh mesin pertarungan, pekerjaan mereka ya bertarung, dimanapun, kapanpun, melawan siapapun, dari bertarung itu pula mereka mendapatkan penghasilan.

Maaf bung Aryo mungkin saya kurang sependapat khususnya istilah "kapanpun" ini bisa membahayakan kehidupan petinju. mungkin ketika mereka msh muda dipukul KO berulang kali tidak terlalu memberi efek, ketika mereka mulai berumur 50 thn-an (kalau sampai) penyakit bermunculan mrka menjadi beban bagi dirinya dan keluarganya sendiri.

Bagaimanapun juga manajemen merengguk uang dari petinju, mungkin bisa jadi lebih besar. Yg jadi pertanyaan ketika tenaga mereka sdh tidak terpakai lagi dan trnyata sakit2an apa yg bisa diberikan oleh ex manajemennya?

Ketika hal itu terjadi baru petinju berfikir sehat itu mahal, nyawa taruhannya ga sebanding dengan duit yg dikumpulin hasil bertanding wktu muda kapanpun

sorry nih bung Aryo jika pendapat sy kurang berkenan. krna menurut saya bung aryo orngnya terbuka dalam berdiskusi. thanks

JP said...

Anonymous tidak dilarang, tapi seyogianya beri nama samaran atau inisial, karena terlalu banyak
Anonymous di sini.

Initial bisa diberikan di bawah setelah komentar Anda, atau mengisi kolom "Name"

Ini sekedar himbauan saja.

Thanks.

JP said...

Menurut hemat saya, petinju kalau dilepaskan begitu saja, tentu cenderung akan selalu melayani tantangan demi uang.

Inilah tugas seorang manager. Dia harus mengatur jadwal, karier, latihan, keuangan petinjunya, dan masih banyak lagi.

Sehebat-hebatnya Pacquiao, seberani-beraninya Cotto, tentu tidak akan dihadapkan melawan Klitsckho. Kalaupun Pacquiao harus naik kelas terus menerus, pasti secara bertahap. Dulu dia seorang juara di kelas terbang, kalau waktu itu dihadapkan pada juara kelas menengah, ya matilah dia.

itulah management tinju. Itu menurut hemat saya. Ini sekedar diskusi.

Aryo Sulkhan said...

Hehehehehe. Maksud sy lihat2 ptnjunya jg donk,bung.. Contohnya sy tdk akan membiarkan Rasmanudin bertarung sembarangan demi uang. Namun bila ptnju tsb sy rasa sdh "kurang" ada harapan utk mencapai prestasi tertinggi, padahal keterampilan yg ia miliki hanya keterampilan bertarung, lalu harus sy apakan? Sy biarkan mereka berlatih di sasana, memberi mereka makan 3x sehari + vitamin, memberi insentif ala kadarnya setiap bulan, tp tdk pernah bertarung, mau dapat penghasilan dr mana? Sedangkan mereka hrs menghidupi keluarga. Ya mau tdk mau mereka tetap hrs bertarung demi kesejahteraan diri mereka & keluarganya. Begitu loh,kawan2.. Kl anda semua tdk percaya, silakan coba saja iseng2 mendirikan sasana, pasti anda akan merasakan & melihat sendiri apa yg terjadi. Heheheheh.

Herman said...

Benar apa yang dikatakan bung lamaont. Benar yang dikatakan bung anonimous. Tapi juga benar yang dikatakan bung as. Jadi masing" punya pendapat dan strategi sendiri" dan itu sama" bagus. Sukses buat tinju indonesia.

Tuyul said...

bagusnya jgn tanding di luar negeri, daripada pulang dgn K.O.....kasian petinjunya pulang dgn muka bonyok....rata" petinju indo yg makan indomie tanding di luar negeri ttp pulang K.O

Anonymous said...

Harapan masyarakat Indonesia hanyalah menang..

Boxing Indonesia: Who's Next. Boxing is Tinju in Indonesian.